Ragam Respons Pembaca

Selama aku menulis di blog, ragam respons pembaca mayoritas positif. Kadang kala ada beberapa yang kontra dengan tulisanku, tapi itu hanya segelintir dan adu argumen yang terjadi masih tergolong perdebatan sehat (tidak sumbu pendek, emosional, mudah tersinggung atau semacamnya). Mungkin karena karakter para narablog yang memang terbiasa membaca tulisan panjang sehingga mereka bisa mencerna pelan-pelan suatu informasi tanpa menjadi reaktif.

Aku yang mulai malas menulis di blog kini beralih tempat menulis. Aku menulis di caption Instagram dan status Facebook. Respons pembaca? UWOW.

Uwow sekali respons pembaca di 2 platform itu. Mungkin karena karakter pengguna media sosial memang cenderung visual apalagi yang terlihat bertebaran di linimasa adalah foto cantik dan kenyamanan hidup, sehingga sebagian mereka yang tidak terbiasa membaca dan memahami konteks merasa risih dengan tulisanku yang berisi sambatan hidup dan pengen misuh 🤣🤣 (aku tidak melakukan riset untuk menulis ini karena bukan esai ilmiah, jadi berdasarkan asumsi dan pengalaman pribadi aja).

Sebenarnya cukup mudah menghadapi komentar-komentar buruk apalagi dari netizen yang tidak dikenal atau tidak pernah ditemui batang hidungnya karena mereka hanyalah orang-orang di dunia maya. Abaikan saja karena tidak memengaruhi apapun.

Yang syulit itu kalau komentar buruk berasal dari orang di kehidupan nyata, yang berelasi secara langsung dalam kehidupan sosial. Bingung, gak tuh?
Komentar online-nya pengen dibalas, tapi kalau si pengomentar adalah tipikal mudah tersungging, ya bakal ambyar, di kehidupan nyata. Repot, kan?

Sama repotnya dengan orang yang telah mengetahui latar kehidupan kita di balik layar media sosial. Mereka akan sangat mungkin bias dalam membaca segala tulisan atau postingan kita. Mereka bakal asyik menerka-nerka melakukan cocoklogi: ini pasti buat si anu, si inu, si onu atau malah kegeeran postingan tsb ditujukan untuk dirinya (Merasa dirinya sedang dicemarkan dalam tulisan).

Jadi, apa solusinya jika menghadapi hal tersebut?
Jangan biarkan mereka melihat tulisan atau postinganmu alias sembunyikan, unfollow, unfriend saja. Jangan biarkan orang-orang itu membaca tulisan atau postinganmu karena apapun yang kamu tulis atau posting pasti akan dinilai buruk. Penilaian mereka sudah bias dan sulit bersikap objektif.

Kalaupun tetap terbaca lalu mereka bersikap reaktif atas postinganmu, biarlah itu menjadi urusan mereka. Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk mencegah mereka menjadi reaktif.
Kamu tidak bisa mengontrol respons pembaca, tapi kamu bisa terus berbagi tulisan dengan pembaca lain atau menemukan pembaca baru yang bisa menilai tulisanmu secara objektif.

Pranala postingan yang dimaksud komentar dalam gambar: Baca di sini

Respons pembaca yang mengandung falasi

Coba tebak, komentar di dalam gambar termasuk falasi jenis apa? 😁😁😁

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.